Homeostatis
adalah mekanisme yang berlangsung untuk menjaga keseimbangan dalam tubuh. Homeostatis glukosa merupakan proses atau
mekanisme tubuh untuk mempertahankan kadar glukosa dalam darah agar konstan,
yaitu sekitar 80-100 mg/dl bagi dewasa dan 80-90 mg/dl bagi anak-anak.
Hipoglikemia atau kadar glukosa darah yang rendah
dapat dicegah dengan mengubah glikogen di hati menjadi glukosa melalui jalur
glikogenolisis dan sintesis glukosa dari laktat, gliserol, dan asam amino di
hati melalui jalur glukoneogenesis dan melalui pelepasan asam lemak dari
simpanan jaringan adiposa apabila kebutuhan glukosa tidak mencukupi. Sedangkan
kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) dapat dicegah oleh perubahan
glukosa menjadi glikogen dan perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di
jaringan adiposa. Keseimbangan antarjaringan dalam menggunakan dan menyimpan
glukosa selama puasa dan makan dilakukan melalui kerja hormon homeostasis
metabolik yaitu insulin dan glukagon.
Tabel di atas menunjukkan tahap
homeostatis glukosa pada penderita diabetes yang tidak makan dalam jangka waktu
yang lama untuk menurunkan berat badan.
Tahap
I
Tahap I adalah kondisi saat asupan
makanan mencukupi, dimana glukosa diperoleh dari makanan yang mengandung
karbohidrat. Di dalam hati, glukosa dioksidasi untuk menghasilkan ATP untuk
memenuhi kebutuhan energi bagi semua jaringan tubuh dan sisanya diubah menjadi
glikogen dan triasilgliserol. Simpanan glikogen maksimum dalam hati bisa
mencapai sekitar 200-300 g setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat.
Saat simpanan glikogen mulai penuh, glukosa akan diubah oleh hati menjadi
triasilgliserol. Pada tahap I ini, sumber energi utama bagi otak berasal dari
glukosa. Otak dan jaringan saraf sangat bergantung pada glukosa untuk memenuhi
kebutuhan energi. Jaringan saraf mengoksidasi glukosa menjadi karbon dioksida
dan air sehingga menghasilkan ATP. Pada keadaan normal, otak dan susunan saraf
memerlukan sekitar 150 g glukosa setiap hari. Dari grafik penggunaan glukosa vs
waktu dapat dilihat bahwa pada tahap I ini, terjadi penurunan jumlah glukosa
yang diperoleh dari makanan karena glukosa ini diubah menjadi energi, glikogen
dan triasilgriserol (lemak) lebih kurang selama 4 jam setelah makan.
Tahap
II
Setelah pasokan glukosa dari makanan
habis, maka tubuh melakukan pemecahan glikogen di hati menjadi glukosa melalui
glikogenolisis untuk mempertahankan kadar glukosa darah. Jika glukosa yang
dihasilkan dari glikogenolisis belum mencukupi, maka tubuh harus mensintesis
glukosa dari laktat, gliserol, dan alanin melalui proses glukoneogenesis
hepatik. Pada tahap ini glukosa digunakan oleh semua jaringan tubuh kecuali
hati, otot dan jaringan adiposa namun laju penggunakan glukosa lebih lambat
dibandingkan tahap I. Glukosa masih menjadi sumber energi utama bagi otak. Pada
grafik dapat kita lihat bahwa pada tahap ini simpanan glikogen mulai berkurang
(menurun) karena glikogen ini diubah menjadi glukosa melalui glikogenolisis.
Sedangkan grafik glukoneogenesis mulai meningkat karena proses glukoneogenesis
mulai terjadi untuk mencukupi kebutuhan energi dari glukosa. Proses yang
terjadi pada tahap II ini belangsung 4 jam setelah makan sampai 12 jam
kemudian.
Tahap
III
Pada tahap III, glukosa yang
diperoleh dari hasil glukoneogenesis menjadi sumber utama glukosa darah.
Meskipun glikogenolisis masih terus terjadi, namun hanya menghasilkan sedikit
glukosa karena persediaan glikogen yang semakin berkurang. Hal ini dapat
dilihat pada grafik glikogen yang semakin menurun dan grafik glukoneogenesis
yang semakin meningkat. Perubahan ini terjadi dalam 20 jam atau lebih berpuasa,
tergantung pada asupan makanan individu sebelum puasa, seberapa banyak glikogen
yang tersimpan di hati, dan jenis aktivitas fisik yang dilakukan selama puasa.
Pada tahap ini glukosa digunakan oleh semua jaringan tubuh kecuali hati, otot
dan jaringan adiposa dimana laju penggunaan glukosa antara tahap II dan tahap
IV. Sumber energi utama untuk otak berasal dari glukosa.
Tahap
IV
Beberapa hari puasa lanjut ke tahap IV, dimana pada tahap ini
ketergantungan pada glukoneogenesis menurun. Selama puasa kadar insulin darah
menurun, hal ini merangsang terjadinya lipolisis (pemecahan lemak) di jaringan
adiposa. Lemak dipecah menjadi asam lemak dan gliserol. Oksidasi asam lemak
akan menghasilkan keton body di mitokondria hati. Keton body yang telah
terkumpul dengan konsentrasi yang cukup tinggi
masuk ke otak dan berperan sebagai energi alternatif untuk memenuhi
kebutuhan energi otak meskipun keton body ini tidak dapat menggantikan peran
glukosa seutuhnya. Pada tahap ini, korteks ginjal juga dapat membentuk glukosa
melalui glukoneogenesis renal yang akan digunakan oleh medula ginjal dan
sebagian glukosa akan masuk ke dalam aliran darah. Jaringan yang menggunakan
glukosa pada tahap ini adalah otak, RBCs, medulla renalis dan sebagian kecil
glukosa digunakan oleh jaringan otot.
Tahap
V
Tahap V terjadi setelah kelaparan
dalam waktu yang sangat lama pada individu yang sangat gemuk (obesitas) dan
ditandai dengan berkurangnya ketergantungan pada glukoneogenesis. Kebutuhan
energi setiap jaringan hampir terpenuhi sampai batas tertentu oleh oksidasi asam
lemak atau keton body.
Selama konsentrasi keton body tinggi,
proteolisis akan dibatasi. Keadaan ini terus berlangsung sampai hampir semua
lemak habis sebagai akibat dari kelaparan. Setelah semua lemak habis, tubuh
harus menggunakan protein otot untuk memenuhi kebutuhan energi jaringan tubuh.
Lima Tahap Homeostasis Glukosa
Reviewed by ChemEduMedia
on
Mei 10, 2020
Rating:
Tidak ada komentar: